Oleh: Syaikh Muhammad bin Sholeh al-Utsaimin rohimahulloh
Pertanyaan: Apa pendapat Syaikh yang mulia tentang pijat yang dilakukan oleh sebagian wanita terhadap sesama wanita, atau laki-laki terhadap sesama laki-laki? Yaitu misalnya seseorang tidur tengkurap dan yang lain memijat punggungnya, kedua bagian sampingnya, lehernya, bahunya, betisnya dan terkadang pahanya. Kadang-kadang hal itu dilakukan dari balik bajunya, dan kadang-kadang pijatnya langsung menyentuh kulit, dan terkadang pemijat mengoleskan minyak untuk memijat. Khususnya, yang seperti ini banyak dilakukan di asrama-asrama kampus, baik asrama putra maupun putri. Mohon beri kami fatwa, semoga Alloh memberikan pahala kepada anda.
Jawaban:
Jika pijat dilakukan oleh suami terhadap istrinya, atau istri terhadap suaminya maka ini tidak mengapa. Karena bagaimanapun, hal tersebut mubah bagi mereka, bahkan seandainya syahwatnya tergerak dalam kondisi ini, maka silahkan ia menunaikan syahwatnya itu karena ia bersama istrinya sendiri. Adapun kalau bersama selain pasangannya, maka pada yang demikian terdapat fitnah.
Seandainya seorang pemuda melakukan hal tersebut bersama pemuda lainnya, apakah tidak dikhawatirkan akan timbul syahwatnya? Ya (dikhawatirkan).
Begitu pula seandainya seorang wanita melakukan hal tersebut dengan wanita lainnya, juga dikhawatirkan timbul syahwatnya, karena wanita juga memiliki syahwat sebagaimana laki-laki. Maka menurutku hal ini tidak diperbolehkan kecuali antara suami istri.
Demikian pula, jika ada seorang lelaki tua yang memiliki anak-anak perempuan, lalu ia minta kepada mereka untuk memijat punggungnya, ini tidak mengapa. Karena syahwat dalam kondisi ini sangatlah jauh dan lelaki yang sudah tua butuh untuk dipijat. Maka dengan adanya hajat (keperluan) dan jauhnya syahwat, kita katakan: hal tersebut tidak mengapa, insya Alloh.
[Diterjemahkan dari: Silsilah al-Liqo’ asy-Syahri kaset no. 68 b menit ke 12:45]
Oleh: Syaikh Kholid bin Abdillah al-Mushlih hafidzohulloh (murid & menantu Syaikh Utsaimin)
Pertanyaan: Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarohatuh. Fadhilatus Syaikh, bagaimanakah hukum pijat?
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warohmatullohi wabarokatuh, Amma ba’du..
Pijat terbagi menjadi dua jenis:
Jenis yang pertama: Pijat untuk pengobatan yang direkomendasikan dokter untuk mengobati kelemahan otot atau tujuan lainnya. Pijat jenis ini boleh, karena ia merupakan bentuk pengobatan yang pada asalnya boleh. Akan tetapi wajib menjaga aurat dari pandangan dan sentuhan kecuali bagian yang dibutuhkan dan wajib membatasi sesuai kebutuhan bagian aurat yang dilihat & disentuh serta berapa lama aurat tersebut dibuka. Berdasarkan perintah Alloh ta’ala untuk menjaga aurat, Alloh ta’ala berfirman:
ﻗُﻞْ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻳَﻐُﻀُّﻮﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﺑْﺼَﺎﺭِﻫِﻢْ ﻭَﻳَﺤْﻔَﻈُﻮﺍ ﻓُﺮُﻭﺟَﻬُﻢْ
“Dan katakanlah kepada kaum mukminin untuk menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluan mereka.” (QS. an-Nur: 31)
Alloh ta’ala berfirman tentang sifat kaum mukminin:
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻫُﻢْ ﻟِﻔُﺮُﻭﺟِﻬِﻢْ ﺣَﺎﻓِﻈُﻮﻥَ* ﺇِﻟَّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﺯْﻭَﺍﺟِﻬِﻢْ ﺃَﻭْ ﻣَﺎ ﻣَﻠَﻜَﺖْ ﺃَﻳْﻤَﺎﻧُﻬُﻢْ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻢْ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻠُﻮﻣِﻴﻦَ
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.” (QS. al-Mukminun: 5-6)
Dalam riwayat Imam Ahmad (19530), Abu Dawud (4017), at-Tirmidzi (2769), dan yang selain mereka dengan sanad yang jayyid dari hadits Bahz bin Hukaim, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Nabi shollallohu alaihi wa sallam ketika ditanya tentang aurat, beliau bersabda:
ﺍﺣﻔﻆ ﻋﻮﺭﺗﻚ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺯﻭﺟﺘﻚ ﺃﻭ ﻣﺎ ﻣﻠﻜﺖ ﻳﻤﻴﻨﻚ. ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻪ: ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﻜﻮﻥ ﻣﻊ ﺍﻟﺮﺟﻞ ؟ ﻓﻘﺎﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺇﻥ ﺍﺳﺘﻄﻌﺖ ﺃﻻ ﻳﺮﻳﻨﻬﺎ ﺃﺣﺪ ﻓﺎﻓﻌﻞ
“Jagalah auratmu kecuali dari istrimu atau budak yang engkau miliki.” Beliau lalu ditanya: “Bagaimana laki-laki dengan laki-laki?” Beliau shollallohu alaihi wa sallam menjawab: “Jika engkau mampu untuk tidak melihatnya (auratmu) seorangpun, maka lakukanlah.” Dan hadits ini sebagiannya diriwayatkan al-Bukhori secara mu ’allaq.
Dalam shohih Muslim (338) dari Abu Sa’id al-Khudri rodhiyallohu anhu, bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda:
ﻻ ﻳﻨﻈﺮ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﻋﻮﺭﺓ ﺍﻟﺮﺟﻞ،ﻭﻻ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﻟﻰ ﻋﻮﺭﺓ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ،ﻭﻻ ﻳﻔﻀﻲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻓﻲ ﺛﻮﺏ ﻭﺍﺣﺪ،ﻭﻻ ﺗﻔﻀﻲ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻤﺮﺃﺓ ﻓﻲ ﺍﻟﺜﻮﺏ ﺍﻟﻮﺍﺣﺪ
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya, dan jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lainnya. Janganlah seorang laki-laki berselimut dengan laki-laki lain dalam satu selimut dan jangan pula seorang wanita berselimut dengan wanita lain dalam satu selimut.”
Ini menunjukkan haramnya menyentuh aurat orang lain dengan anggota tubuh manapun.
Jenis yang kedua: Pijat penyegaran, yaitu yang dilakukan sebagian orang untuk menyegarkan badan, atau sekedar menikmati pijatan tanpa ada keperluan. Maka jenis yang ini jika tidak dengan membuka aurat dan tidak menyentuhnya serta mempengaruhi perasaan atau tidak membangkitkan syahwat, maka hukumnya boleh dan boleh mengambil upah dari hal tersebut.
Akan tetapi, yang aku nasehatkan adalah mencukupkan dari pijat menggunakan tangan dengan pijat menggunakan alat, karena lebih jauh dari syubhat yang berkaitan dengan menyingkap aurat ataupun menyentuhnya, begitu pula lebih jauh dari menimbulkan syahwat. Wallohu a’lam.