Cara Penentuan 1 Syawal

Diposting oleh Mutiarahikmah on Kamis, 16 Agustus 2012

Melihat hilal

1. Penentuan 1 Syawal


Di Indonesia hampir tiap tahun kita diributkan dengan adanya perbedaan waktu dalam penentuan awal puasa ramadhan kemudian berlanjut pada perbedaan penentuan 1 syawal (hari raya idul fitri). Hal ini tentu membuat sebagian dari kita berpikir, sebenarnya apa sih yang menyebabkan hal itu berbeda-beda, toh bulannya satu, tahunnya satu, kita juga hidup ditempat yang sama, tapi mengapa sering sekali terjadi perbedaan penentuan awal puasa maupun penentuan 1 syawal/idul fitri.

2. Cara Penentuan 1 Syawal

Bagi kamu yang penasaran tentang bagaimana cara penentuan 1 ramadhan dan 1 syawal, simak uraian saya yang berikut ini yang saya peroleh dari beberapa literatur islam terpercaya:

- Pengertian hilal

Hilal dalam astronomi dikenal sebagai bulan baru atau bulan mati (new moon).

- Penentuan hilal

Hilal dapat dihitung atau ditentukan dengan 2 metode, yaitu:

a. wujudul hilal atau hisab

Maksudnya yaitu, bulan baru akan dihitung menurut perhitungan (hisab) jalannya bulan dimana asalkan menurut hisab bulan baru sudah terlihat maka sudah bisa ditentukan permulaan bulan.

b. imkanul rukyah (visibilitas hilal)

Metode rukyah ini didasarkan pada visibilitas hilal, maksudnya adalah penentuan bulan baru dilakukan dengan pengamatan penampakan bulan secara langsung (diamati dengan mata telanjang).


3. Mengapa sering terjadi perbedaan awal bulan diantara 2 metode tersebut?

Perbedaan penentuan awal bulan yang terjadi sebenarnya bermula dari cara penilaian yang berbeda.

- Untuk yang menggunakan perhitungan wujudul hilal atau hisab, penentuan awal bulan dilakukan menurut perhitungan jalannya bulan saja, mereka tidak harus melihat penampakan bulan (hilal) untuk menentukan awal bulan. Meskipun saat itu bulan belum terlihat asalkan menurut perhitungan mereka itu sudah tepat datangnya awal bulan maka mereka berani memutuskan untuk menentukan permulaan awal bulan.

- Sedangkan bagi yang berpedoman pada rukyah atau terlihatnya hilal, mereka akan memutuskan permulaan bulan dengan melakukan pengamatan bulan secara langsung. Mereka tidak akan berani memutuskan penentuan awal bulan jika mereka belum melihat penampakan bulan baru secara langsung. Kriteria melihat bulan menurut golongan yang berpedoman pada rukyah (termasuk departemen agama RI) yaitu jarak sudut pandang bulan-matahari lebih dari 6,4 derajat dan beda tinggi bulan-matahari lebih dari 4 derajat. 

Jadi, jika berdasarkan perhitungan besarnya hilal masih dibawah angka-angka itu (misal, tinggi bulan-matahari baru sekitar 2 derajat) maka penentuan awal bulan belum dapat dilakukan, walhasil penentuan awal bulan akan dijatuhkan pada hari berikutnya untuk menyempurnakan perhitungan (termasuk menyempurnakan perhitungan jumlah hari dalam 1 bulan menjadi 30 hari).

Terakhir yang dapat saya sampaikan adalah, semoga segala perbedaan penentuan awal ramadhan, penentuan hari raya idul fitri, dan sejenisnya tersebut tidak memecah belah kita umat Islam di Indonesia.