Saudariku muslimah…
Ketahuilah, kesulitan yang menimpa umat Islam saat ini merupakan adzab dari Allah. Adzab tersebut tidaklah turun kecuali disebabkan dosa-dosa para hamba, yang dengan itu diharapkan mereka mau bertaubat kepada Rabb mereka dan mau kembali kepada-Nya.
Dalam tulisan ringkas ini kami ingin menjelaskan sebagian sebab yang menyampaikan kita pada apa yang kita alami sekarang ini, agar kita mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan.
Pertama, dosa-dosa dan kemaksiatan
Tidak diragukan lagi bahwa dosa dan kemaksiatan termasuk sebab terbesar yang menyampaikan umat terdahulu pada kebinasaan. Ali berkata: “Tidaklah turun bala` (siksaan) kecuali karena dosa, dan bala` tersebut tidak akan diangkat kecuali dengan taubat.”
Ketika bala‘ menimpa suatu kaum, tak ada satupun upaya yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Meski ada orang-orang shalih di antara mereka, azab tetap menyeluruh. Sebagaimana ucapan Zainab kepada Nabi : “Apakah kita akan dibinasakan sedangkan ada orang-orang shalih di antara kita?”
Nabi bersabda: “Ya, apabila telah banyak kejelekan.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 7059 dan Muslim no. 2880)
Pada umat ini pun ada orang-orang shalih, akan tetapi banyak pula tersebar kejelekan. Oleh karena itu hendaknya orang-orang yang memiliki akal menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan agar Allah tidak memasukkan dirinya ke dalam adzab-Nya yang pedih dan tidak menghadapkan dirinya kepada kemurkaan Allah.
Betapa banyak penduduk negeri yang berada dalam keamanan dan ketenangan, mereka diberi nikmat dengan makmurnya kehidupan kemudian Allah membinasakan dan mengubah keadaan mereka. Allah ganti nikmat tersebut dengan kelaparan, rasa aman dengan ketakutan, disebabkan dosa dan kemaksiatan.
Allah berfirman:
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan dengan sebuah negeri yang dahulunya aman dan tenteram, rizki datang kepada mereka melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi penduduknya mengingkari nikmat-nikmat Allah. Karena itu Allah menimpakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan disebabkan apa yang mereka perbuat.” (An-Nahl: 112)
Maka perhatikanlah kelembutan sifat Allah dan perhatikan bagaimana Allah mengubah keadaan mereka. Semua itu disebabkan dosa dan kemaksiatan hamba.
Kedua, lemahnya ketakwaan
Ketahuilah wahai Saudariku, semoga Allah merahmatimu.
Lemahnya takwa dalam hati juga merupakan sebab yang mengantarkan kepada kebinasaan dan hilangnya kenikmatan serta berubahnya keadaan yang paling baik menjadi yang paling buruk. Lemahnya takwa termasuk sebab datangnya murka Allah.
Dia yang Maha Suci berfirman:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barakah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami siksa mereka karena perbuatan mereka itu.” (Al-A’raf: 96)
Ketiga, merajalelanya kerusakan
Merajalelanya berbagai macam perbuatan dosa, seperti wanita menampakkan perhiasan (aurat)-nya di depan laki-laki yang bukan mahram, bercampur baurnya laki-laki dan wanita yang bukan mahram tanpa hijab yang syar’i, banyaknya perzinaan, ditinggalkannya shalat dan zakat, banyaknya riba, homoseks, dan sebagainya termasuk sebab turunnya bala‘ pada umat ini. Ketika perbuatan tersebut dilakukan terang-terangan dalam suatu kaum dan disiarkan sampai merata di kalangan mereka, maka dipastikan akan turun adzab. Allah berfirman dalam Surat Ar-Rum ayat 41:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia, agar Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali.”
Bila Allah I ingin membinasakan suatu kaum, Allah I jadikan orang-orang yang paling jahat di antara mereka bertambah kefasikan dan kerusakannya, kemudian mereka menyebarkan kerusakan itu dan menyeru manusia untuk melakukannya. Saat itulah turun adzab, sebagaimana firman Allah :
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah, tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu. Maka sudah sepantasnya berlaku perkataan (ketentuan) Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra`: 16)
Keempat, merasa aman dari makar Allah
Orang-orang yang shalih selalu tunduk dalam ketaatan, bertaubat, dan khusyu’. Hati mereka bergetar karena takut kepada Allah dan khawatir akan adzab-Nya yang pedih.
Namun sungguh mengherankan, ada orang yang menampakkan kemaksiatan di hadapan Allah secara terang-terangan. Sungguh mengherankan, ia terus-menerus melakukan dosa besar dan kemaksiatan. Tidaklah ia meninggalkan satu dosa kecuali telah melakukan dosa yang lain.
Sungguh mengherankan, wanita yang keluar dalam keadaan tidak berpakaian kecuali hanya sekedar menutup separuh badannya, kemudian ia pergi ke pasar dan menimbulkan fitnah di hati hamba-hamba Allah. Betapa mengherankan orang yang lalai padahal ia berada dalam pengawasan Allah. Bagaimana mereka semua merasa aman dari makar Allah? Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah :
“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami pada mereka di malam hari saat mereka tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari datangnya siksaan Kami di waktu dhuha ketika mereka sedang bermain? Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak diduga-duga)? Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (Al-A’raf: 97-99)
Orang-orang yang merasa aman dari makar Allah adalah orang-orang yang merugi, karena mereka lengah dari adzab Allah hingga adzab itu sampai kepada mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari. Yang demikian itu disebabkan mereka merasa aman dari makar Allah. Mereka terus-menerus dalam kemaksiatan, tidak menyadari kemurkaan Allah hingga terjadilah apa yang terjadi.
Wahai saudariku muslimah…
Sepantasnya seorang muslim yang hakiki mengetahui beberapa perkara penting berikut ini:
Pertama, hendaknya kita berserah diri kepada Allah dan meyakini bahwa Allah tidak akan mendzalimi siapapun sebagaimana firman-Nya:
“Dan sekali-kali Allah tidak mendzalimi hamba-hamba-Nya.” (Fushshilat: 46)
Sebab turunnya adzab kepada manusia adalah akibat ulah mereka sendiri, sebagai buah dari amalan mereka. Allah berfirman:
“Dan Allah tidaklah mendzalimi mereka, akan tetapi diri-diri mereka sendirilah yang dzalim.” (Ali ‘Imran: 117)
Kedua, wajib atas setiap muslim mengetahui bahwa ujian itu datangnya dari Allah. Firman Allah:
“Dan Kami akan memberi kalian cobaan dengan kejelekan dan kebaikan sebagai ujian dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
Hendaknya pula ia mengerti bahwa Allah menguji hamba-hamba-Nya agar dapat dibedakan siapa yang betul-betul beriman kepada Allah dan siapa orang-orang munafik, siapa yang jujur dan siapa yang dusta. Hal ini adalah sunnatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu.
Allah berfirman:
“Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk jannah padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kalian dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (Ali ‘Imran: 141-142)
Ketiga, wajib bagi kita untuk bersabar, mengharap pahala, dan memuji Allah atas segala yang ditakdirkan-Nya. Hendaknya kita tidak mengeluh atas takdir buruk yang menimpa kita. Kesabaran adalah jalan paling selamat dan paling mudah untuk mendapatkan kelapangan dari Allah. Dia berfirman:
“Jika kalian bersabar dan bertakwa maka yang demikian itu sungguh merupakan hal yang patut diutamakan.” (Ali ‘Imran: 186)
Keempat, marilah kita bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya atas apa yang telah kita lakukan baik itu perbuatan maksiat dan dosa-dosa ataupun kelemahan dalam menjalankan kewajiban. Kita sadari bahwa taubat adalah satu-satunya cara mencapai jalan keselamatan. Akankah kita sambut seruan Allah tatkala berfirman:
“Dan bertaubatlah kamu sekalian wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.” (An-Nur: 31)
Ataukah kita akan terus berada dalam kemaksiatan dan dosa dengan meninggalkan shalat, memakan riba, dan lainnya?
Akankah para wanita tetap bertabarruj (bersolek dan dipertontonkan di depan laki-laki bukan mahram) dan safar (bepergian) tanpa mahram? Apakah kita ingin menunda taubat dan melupakan firman Allah:
“Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka merekalah orang-orang yang dzalim.” (Al-Hujurat: 11)
Wahai saudariku muslimah…
Marilah kita bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha (yang tulus):
“Wahai Rabb kami, hilangkanlah adzab dari kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman kepada-Mu.” (Ad-Dukhan: 12)
Mari kita kembali kepada Allah . Semoga Allah meringankan bencana atas kita dan menahan siksa-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah atas Nabi kita Muhammad.
(Diterjemahkan dari Ilaa Mataa Al Ghaflah karya Abu Umar Salim Al-Ajmi’ oleh Nafisah bintu Abi Salim)
Home »Unlabelled » Saudariku Sampai Kapan Kau Terlena