Istisqo’ diambil dari kata اِسْتَسْقَى يَسْتَسْقِي اِسْتِسْقَاء yang secara bahasa artinya minta siraman air. Adapun secara istilah artinya meminta siraman air kepada Allah dengan turunnya hujan ketika terjadi kemarau panjang.
Meminta hujan kepada Alloh merupakan perkara yang disyari’atkan dalam agama Islam tanpa ada perbedaan pendapat di kalangan ulama.
CARA MEMINTA HUJAN
Cara yang paling sempurna dalam meminta hujan kepada Alloh ialah sebagaimana yang dicontohkan RosulullohShallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu berdo’a kepada Alloh Ta’ala disertai sholat. Sholat itulah yang terkenal dengan sebutan sholat Istisqo’.
Berikut penjelasan singkat tentang tata cara sholat Istisqo’.
- Kaum muslimin keluar bersama imamnya ke tanah lapang dalam keadaan tawadhu’, khusyu’, dan berpakaian sederhana (bukan pakaian mewah), menampakkan butuhnya kepada Alloh.
Abdulloh bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma ketika ditanya tentang sholat Istisqo’-nya Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia menjawab:
خَرَجَ مُتَبَذِّلاً مُتَوَاضِعًا مُتَضَرِّعًا حَتَّى أَتَى الْمُصَلَّى
“Beliau keluar rumah dengan berpakaian sederhana (tanpa berhias), tawadhu’ dan khusyu, sampan beliau tiba di tempat sholat (tanah lapang).” (HR. Abu Dawud 1165)
- Setelah berkumpul di tanah lapang, semuanya melaksanakan sholat dua roka’at seperti sholat hari raga (roka’at pertama bertakbir sebanyak tujuh kali, roka’at kedua lima kali).
Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam kelanjutan hadits di atas:
وَصَلَّ رَكْعَتَيْنِ كَمَا كَانَ يُصَلَِي في الْعِيْدَ
“Dan beliau sholat dua rokaat seperti beliau sholat di hari raya. ” (HR. Abu Dawud 1165)
- Selesai melaksanakan sholat, imam berkhutbah, memberikan nasihat kepada kaum muslimin, serta memperbanyak do’a meminta hujan kepada Alloh Ta’ala
Para ulama kita berbeda pendapat mengenai waktu imam berkhutbah. Ada yang mengatakan setelah sholat, dan ada yang mengatakan sebelum sholat. Penganut pendapat pertama berpegang pada beberapa dalil, di antaranya:
Abdulloh bin Zaid al-Mazini radhiyallahu ‘anhu berkata:
خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ إِلَى الْمُصَلَّى وَاسْتَسْقَى وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ حِيْنَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ قَالَ إِسْحَاقُ فِي حَدِيْثِهِ وَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَا
“Rosululloh keluar menuju tempat sholat, lalu berdo’a meminta hujan dan membalik selendangnya ketika menghadap kiblat. Ishaq berkata di dalam haditsnya: Beliau mengawali dengan sholat sebelum berkhotbah, kemudian berdo’a menghadap kiblat” (HR. Ahmad 4141)
Abu Huroiroh radhiyallahu ‘anhu berkata:
خَرَجَ نَبِيُّ اللهِ يَوْمًا يَسْتَسْقِي فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ بِلَا أَذَانٍ وَلَا إِقَامَةٍ ثُمَّ خَطَبَنَا وَدَعَا اللهَ
“Pada suatu hari Rosululloh keluar untuk berdoa minta hujan. Beliau sholat dua roka’at bersama kami tanpa adzan dan iqomah, lalu berkhutbah dan berdo’a kepada Allah ….. “ (HR. Ahmad 2/326)
Adapun penganut pendapat kedua, mereka berdalil dengan hadits Abbad bin Tamim dari pamannya dia berkata:
خَرَجَ النَّبِيُّ يَسْتَسْقِي فَتَوَجَّهَ إِلَى الْقِبْلَةِ يَدْعُو وّحَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعتَيْنِ جَهَرَ فِيْهِمَا بِالْقِرَاءَةِ
“Rosululloh keluar untuk berdoa minta hujan. Maka beliau berdoa menghadap kiblat, membalik selendangnya, lalu sholat dua rokaat. Beliau mengeraskan bacaan pada dua rokaat tersebut.” (HR. al-Bukhori 1024 dan Muslim 894)
Kalau kita perhatikan, dua pendapat di atas masing-masing memiliki dasar atau pegangan dalil. Maka sebagian ulama ada yang menggabungkan keduanya. Mereka mengatakan bahwa waktu berkhotbah perkaranya bebas, boleh. dilakukan sebelum atau sesudah sholat. Semuanya ada contohnya dari Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Wallahu a’lam.
- Memperbanyak do’a ketika berkhotbah, meminta dengan sungguh-sungguh kepada Alloh Ta’ala seraya berdiri menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi sambil membalik selendang. Demikian pula para jama’ah, mereka mengangkat tangan-tangan mereka.
Abdulloh bin Zaid radhiyallahu ‘anhu berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ خَرَجَ بِالنَّاسِ يَسْتَسْقِي لَهُمْ فَقَامَ فَدَعَا اللَّهَ قَائِمًا ثُمَّ تَوَجَّهَ قِبَلَ الْقِبْلَةِ وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ فَأُسْقُوا
“Sesungguhnya Nabi keluar bersama manusia memintakan hujan untuk mereka. Maka beliau berdiri, berdo’a kepada Alloh seraya menghadap kiblat, lalu membalik selendangnya, lalu hujan pun turun.” (HR. al-Bukhori 1023)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
كَانَ النَّبِيُّ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي الاِسْتِسْقَاءِ وَإِنَّهُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ
“Tidaklah Rosululloh bersungguh-sungguh mengangkat kedua tangannya (ketika berdo’a) kecuali ketika berdo’a meminta hujan. Beliau mengangkat tangannya tinggi-tinggi sampai kelihatan putih ketiaknya.” (HR. al-Bukhari 1031 dan Muslim 895)
MENGANGKAT TANGAN KETIKA BERDOA
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata :
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَسْتَسْقِي هَكَذَا يَعْنِي وَمَدَّ يَدَيْهِ وَجَعَلَ بُطُونَهُمَا مِمَّا يَلِي اْلأَرْضَ حَتَّى رَأَيْتُ بَيَاضَ إِبِطَيْهِ
“Sesungguhnya seperti inilah Rosulullah berdo’a minta hujan, yakni beliau mengangkat kedua tangannya dan menjadikan perut kedua telapak tangannya menghadapi ke tanah (ke bawah).” (HR. Abu Dawud 1171)
Imam Nawawi rahimahullah berkata: Ulama berkata: Setiap do’a yang ditujukan untuk menghilangkan bala’(musibah), Cara yang sesuai sunnah ialah dengan mengangkat kedua tangan, yaitu menjadikan punggung dua telapak tangan ke arah langit. Namun apabila do’a itu bersifat meminta sesuatu untuk didapatkan. maka (cara yang sesuai sunnah ialah) menjadikan dua telapak tangan menengadah ke langit.
Ulama yang lain berkata : Hikmah di balik menghadapkan punggung telapak tangan ke arah langit ketika minta hujan kepada Alloh ialah untuk menumbuhkan optimisme, yaitu harapan agar keadaan yang ada di balik oleh Alloh sebagaimana di baliknya kedua telapak tangan ketika meminta hujan. Demikian Pula hikmah di balik membalik selendang. (Fathul Bari 3/601)
LAFAZH DO’A ISTISQO’
Di antara do’a yang diajarkan Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika minta hujan ialah :
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا مَرِيعًا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ عَاجِلاً غَيْرَ آجِلٍ
“Ya Alloh, turunkanlah hujan kepada kami, hujan yang merata, yang menyenangkan dan menyuburan, yang bermanfaat, tidak membahayakan, yang disegerakan, tidak diundur-undur.” (HR. Abu Dawud 1169)
اللَّهُمَّ اسْقِ عِبَادَكَ وَبَهَائِمَكَ وَانْشُرْ رَحْمَتَكَ وَأَحْيِ بَلَدَكَ الْمَيِّتَ
“Ya Alloh, Berilah minum hamba-hamba Mu, binatang-binatang ternak-Mu., sebarlah rohmat-Mu dan hidupkanlah negeri-Mu yang mati. “(HR. Abu Dawud 1176)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ اللَّهُمَّ أَنْتَ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ لَنَا قُوَّةً وَبَلاَغًا إِلَى حِينٍ
{Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Maha Pemurah lagi Maka Penyayang. Yang menguasai Hari Pembalasan}. Tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Alloh. Dia melakukan apa yang Dia kehendaki. Ya Alloh, Engkaulah sembahan yang tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Dzat yang Maha kaya dan kami adalah orang-orang yang miskin. Turunkanlah hepada kami hujan dan jadihanlah apa yang Engkau turunkan itu sebagai kekuatan buat kami dan mengantarkan kami sampai waktu tertentu. (HR. Abu Dawud 1173)
BERDO’A TANPA SHOLAT
Ada cara lain yang dicontohkan Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meminta hujan kepada Alloh Ta’alayaitu berdo’a tanpa disertai sholat Istisqo’. Di antara cara tersebut ialah:
- Berdo’a meminta hujan kepada Alloh Ta’ala ketika khutbah Jum’at.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata:
أَنَّ رَجُلاً دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَوْمَ جُمُعَةٍ وَرَسُولُ اللَّهِ قَائِمٌ يَخْطُبُ فَاسْتَقْبَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَائِمًا ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكَتْ اْلأَمْوَالُ وَانْقَطَعْتِ السُّبُلُ فَادْعُ اللَّهَ يُغِيثُنَافَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا اللَّهُمَّ أَغِثْنَا …
“Sesungguhnya ada seorang lelaki yang masuk masjid pada hari Jum’at ketika Rosululloh sedang berdiri berkhutbah. Maka lelaki tersebut berdiri menghadap Rosululloh lalu berkata: `Wahai Rosululloh, harta benda telah. binasa dan jalan-jalan telah terputus. Berdo’alah kepada Alloh agar menurunkan hujan kepada kami.’ Lalu Rosululloh mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a: Ya Alloh, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Alloh, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Alloh, turunkanlah hujan kepada kami….” (HR. al-Bukhori 1014 dan Muslim 897)
- Berdo’a minta hujan di luar masjid. Misalnya ketika berada di rumah, kebun, sawah, atau tempat yang lainnya.
أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ يَسْتَسْقِي عِنْدَ أَحْجَارِ الزَّيْتِ قَرِيبًا مِنْ الزَّوْرَاءِ قَائِمًا يَدْعُو يَسْتَسْقِي رَافِعًا يَدَيْهِ قِبَلَ وَجْهِهِ لاَ يُجَاوِزُ بِهِمَا رَأْسَهُ
Dari Umair, maula bani al-Lahm, sesungguhnya dia melihat Rosululloh berdo’a meminta hujan di samping bebatuan yang seakan berminyak yang terletak di dekat Zauro’ (Hama tempat di Madinah). Beliau berdo’a meminta hujan sambil berdiri menganghat kedua tangannya sejajar dengan wajahnya, tidak melampaui kepalanya. (HR. Abu Dawud 1168)
YANG DISUNNAHKAN KETIKA HUJAN
- Berdo’a
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ كَانَ إِذَا رَأَى الْمَطَرَ قَالَ اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Sesungguhnya Rosululloh. apabila melihat hujan, beliau berdo’a: ‘Ya. Alloh, turunkanlah hujan yang bermanfaat. “‘(HR. al-Bukhori 1032)
- Mengeluarkan sebagian anggota tubuhnya agar terkena siraman hujan.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata (artinya): “Ketika kami, sedang bersama Rosululloh hujan turun menimpa kami. Lalu Rosululloh menyingsinglzan bajunya sehingga terkena hujan. Lalu kami bertanya: Wahai Rosululloh., kenapa engkau melakukan ini?’Beliau menjawab: ‘Karena air hujan itu baru saja diciptakan oleh Robbnya. “‘(HR. Muslim 898)