Delapan Pelajaran Berharga

Diposting oleh Mutiarahikmah on Rabu, 15 Mei 2013



Di antara sifat ‘ulama akherat adalah mereka menyadari bahwa dunia itu remeh, bahwa akherat itu mulia, dunia dan akherat adalah istri dengan madunya. Para ‘Ulama akherat mengutamakan akherat, perbuatan mereka t
idak bertentangan dengan perkataan mereka, kecenderungan mereka tertuju kepada ilmu yang bermanfaat di akherat, menjauhi ilmu yang manfaatnya sedikit demi mementingkan ilmu yang manfaatnya agung. Sebagaimana diriwayatkan dari Syaqiq Al-Balkhi bahwa dia pernah berkata kepada Hatim, “Kamu sudah bergaul denganku beberapa waktu lamanya, apa yang telah kamu pelajari?” Dia menjawab:“–>Pertama;
Aku memperhatikan manusia, dan ternyata setiap orang mempunyai orang yang dicintainya. Bila sudah tiba di kuburan, maka keduanya berpisah, maka aku menjadikan yang kucintai adalah kebaikan-kebaikanku agar ia senantiasa bersamaku hingga dalam kubur.
–>Kedua;
Aku membaca firman Alloh,
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
“Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.”
{QS. An-Nazi’at: 40}, maka aku berupaya keras agar jiwaku melawan hawa nafsunya, sehingga ia bersemayam di atas ketaatan kepada Alloh.
–>Ketiga;
Aku melihat siapa yang mempunyai sesuatu yang berharga, maka dia akan menjaganya, kemudian aku memperhatikan firman Alloh,
مَا عِنْدَكُمْ يَنفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ
“ِApa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Alloh adalah kekal.” {QS. An-Nahl: 96}
Maka setiap aku mempunyai sesuatu yang berharga, aku memberikannya kepada Alloh agar ia tetap terjaga di sisiNya.
–>Keempat;
Aku melihat orang-orang berlomba-lomba dalam urusan harta, kedudukan, dan kemuliaan, padahal ia bukan apa-apa, lalu aku memperhatikan firman Alloh,
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.”
Maka aku berusaha bertaqwa agar menjadi orang mulia di sisi Alloh.
–>Kelima;
Aku melihat orang-orang saling dengki, lalu aku memperhatikan firman Alloh,
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
“Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia.” {QS. Az-Zukhruf: 32}
Maka aku meninggalkan sifat dengki.
–>Keenam;
Aku melihat manusia saling bermusuhan, lalu aku memperhatikan firman Alloh,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu.” {QS. Fathir: 6}
Maka aku tidak memusuhi manusia dan (sebaliknya) menjadikan setan sebagai musuh satu-satunya.
–>Ketujuh;
Aku melihat manusia merendahkan diri mereka dalam mencari rezeki (dengan tidak memperhatikan sumber yang harom), maka aku memperhatikan firman Alloh,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh lah yang memberi rezekinya.” {QS. Hud:6}
Maka aku menyibukkan diriku dengan apa yang menjadi hak Alloh atasku dan meninggalkan hakku di sisiNya.
–>Kedelapan;
Aku melihat mereka bertawakkal (mengandalkan) perdagangan, pekerjaan, dan kesehatan tubuh mereka….
Maka aku bertawakkal kepada Alloh….
Alloh berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ على اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan (segala keperluan)nya.”
{QS. Ath-Thalaaq: 3}.
[Dikutip dari Buku “Mukhtashor Minhajul Qoshidin” Inti Sari Kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Karya Al-Imam Ibnu Qudamah rohimahulloh