Benarkah Di Tanah Suci Amal Langsung Dibalas?

Diposting oleh Mutiarahikmah on Selasa, 29 Oktober 2013


Salah satu yang sering menjadi oleh-oleh haji dan dinanti-nanti adalah kisah-kisah spiritual para jama’ah haji di Tanah Suci. Banyak kisah-kisah ajaib dan ganjil yang sering kita dengar. Ada yang disadari sebagai teguran sehingga membawa kesadaran yang baru terhadap kondisi keimanannya, namun ada pula yang lewat begitu saja. Bahkan tak sedikit pula yang sampai tanah air masih misuh-misuh, mengeluh tak enak, panas dan sebagainya. Na’udzubillahimindzalik.
Ada yang menarik, seorang ibu hajah sebutlah namanya Ibu Ade, ketika ditanya benarkah saat kita di haramain amal kita seketika langsung terasa balasannya, amal baik maupun amal buruk, bahkan sekedar lintasan hati. Beliau memberikan jawaban yang agak berbeda dan sepertinya dengan pengalaman dan perenungan yang cukup dalam.
Katanya,” Kalau menurut saya sebenarnya karena saat kita beribadah haji itu hati kita bersih, sensitivitas kita tinggi, di sana kita benar-benar sadar berhubungan dengan Allah, jadi saat kita dengan sengaja menyalahi nurani kita atau sengaja berbuat dosa bahkan ketika baru niat buruk saja, itu kita benar-benar sadar. Dan ketika Allah menegur kita, teguran tersebut menjadi sangat terasa. Karena sensitivitas itu tadi. Sebenarnya jika kesadaran seperti itu kita miliki saat di rumah sendiri, teguran-teguran Allah ketika kita salah atau kemudahan-kemudahan yang terjadi ketika kita taat itu seringkali terasa.”
Pengalaman seorang Ibu Ade itu agaknya cukup membuat kita mengangguk-anggukkan kepala. Ya, dalam keseharian kita dengan kesibukan yang tak ada hentinya, hati sering menjadi bebal. Padahal kasih sayang Allah berupa teguran, hambatan dan kemudahan-kemudahan yang terjadi sehari-hari tak kalah dahsyatnya dengan pengalaman-pengalaman saudara-saudari kita ketika di Tanah Haram.
Misalnya saja, saat kita sengaja melalaikan shalat karena malas dan sebagainya, seringkali terjadi kita seperti semakin dipersulit untuk segera shalat, ada saja hambatan-hambatannya. Jadi saja kita shalat di penghujung waktu dengan kualitas yang seadanya. Atau ketikaada kemudahan menuntut ilmu kemudian kita mencari-cari dalih agar terbebas dari kewajiban itu, kerapkali kesempatan berikutnya seperti tertutup. Atau saat kita bersungguh-sungguh memperbaiki diri, berdisiplin dengan waktu, menepati agenda-agenda harian kita, rasanya kemudahan-kemudahan hidup datang bertubi-tubi. Atau lagi saat kita bersungguh-sungguh menjaga pandangan mata kita, tak berapa lama kenikmatan iman begitu menyelimuti hati kita. Allahu Akbar wa lillahilhamd!
Jadi benar kiranya apa yang disampaikan Ibu Ade, semua berpulang pada kesadaran diri kita. Pada seberapa tulus dan sungguh-sungguh hati kita menetapi hak-hak Allah. Karena tak sedikit pula mereka yang berkali-kali pergi haji masih tak malu-malu bermaksiat pada Allah. Na’udzubillahimindzalik, wallahulmusta’an.