Indahnya Akhlaqul Karimah

Diposting oleh Mutiarahikmah on Sabtu, 16 Februari 2013



Para pembaca yang kami hormatbila kita mau menggali kembali warisan akhlak yang mulia sebagaimana yang telah diwariskan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullahniscaya kita akan mendapati betapa indahnya Islam itu.Sungguh menyedihkantatkala menyaksikan banyak dari saudara-saudara kita kaum muslimin kurang memberikan perhatian terhadap masalah akhlak.Terlebih ketika menyaksikan generasi muda Islam yang mayoritas mereka tumbuh dan berkembang tidak di atas bimbingan akhlak yang mulia.
Seyogyanyapendidikan akhlak kepada generasi muda dimulai semenjak mereka berada dalam masa kanak-kanakbaik dalam lingkungan keluarga maupun dalam sebuah lembaga pendidikanWalaupunpada akhirnya itu semua kembali kepada hidayah dari Allah ‘azza wa jalla. Namun setidaknyatelah ada upaya dengan penuh kesungguhan dari diri kita yang diiringi dengan doa kepada Allah ‘azza wa jalla. Semoga anak cucu kita menjadi generasi yang berakhlak dengan akhlak yang mulia.
Dalam hal inisosok yang sangat pantas untuk kita jadikan sebagai teladan adalah Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau telah mengaplikasikan sifat-sifat yang mulia semenjak masa kanak-kanakSehingga tidaklah mengherankan ketika di kemudian hari beliau menjadi orang kepercayaan di kalangan kaumnya sebelum diangkat menjadi nabi dan menerima banyak pujian dari mereka.
Allah ‘azza wa jalla telah memberikan pujian kepada beliau dalam firman-Nya (artinya):
Dan sesungguhnya kamu Muhammad  benar-benar berbudi pekerti yang agung.” QSAl-Qalam 4
Sungguh telah terkumpul pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamakhlak-akhlak yang baik seperti rasa malukedermawanankeberanian,menepati janjisuka menolongkecerdasanlembutmemuliakan anak yatim,kejujuranmenjaga harga dirimenjaga kesucian hatidan lain-lain.
‘Aisyah radhilyallahu ‘anha, istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, pernah ditanya tentang akhlak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia menjawab:
“Maka sesungguhnya akhlak Nabi Allah Muhammad  adalah Al-Qur‘an.” HR.Muslim dan Abu Dawud
Allah ‘azza wa jalla berfirman  (artinya):
Sesungguhnya telah ada pada diri  Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu  bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan  hari kiamat dan Dia banyak menyebut AllahQSAl-Ahzab 21
Sahabat Anas bin Malik radhilyallahu ‘anhu mengatakan
“Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya.” HRAl-Bukhari,Muslim dan Abu Dawud
Di tengah-tengah gencarnya dakwah tauhid yang diserukan oleh RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam,beliau tetap memberikan porsi kepada pembenahan akhlakHal ini tercermin dari sabda beliau
“Hanya saja aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” HRAl-Baihaqi dan Al-Bukharidalam Adabul Mufrad
Keutamaan Akhlak yang Mulia
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah menerangkan tentang keutamaan akhlak yang mulia,beliau bersabda
“Tidak ada sesuatu yang diletakkan dalam timbangan di hari kiamat kelak  yang lebih berat daripada akhlak yang baik. Dan sesungguhnya seorang yang berakhlak baik akan bisa mencapai derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat (sunnah).” HRAt-Tirmidzi
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” HRAt-Tirmidzi
Urgensi Akhlak yang Baik dalam Dakwah
Akhlak yang mulia merupakan bekal berharga yang tidak boleh dianggap remeh oleh seorang da’i  juru dakwah yang terjun ke masyarakat dalam rangka mengemban tugas yang agung nan mulia yaitu berdakwah ke jalan AllahAkhlak yang mulia akan memberikan pengaruh yang luar biasa di hati-hati manusia.
Para pembaca yang berbahagia! Amalan dakwah ke jalan Allah merupakan amalan yang cukup beratyang membutuhkan perjuangan fisik dan mental dari seorang da’iYang demikian itu memang sebanding dengan pahala dan keutamaannya yang besarOleh karena itulahyang mampu mengemban tugas berat ini hanyalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat agung dan mulia dalam kehidupannyaBukan orang-orang yang kasar perangainyakotor dan tajam lisannyasempit pandangannyajelek pergaulannyadan yang memiliki sifat-sifat tercela lainnya.
Seorang da’iapabila telah mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan bekal akhlak yang mulianiscaya dakwah ke jalan Allah yang ia serukan akan berguna dan memberikan manfaat serta akan lebih mudah untuk diterima di hati masyarakat.
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan dalam ceramahnya ketika memberikan nasehat kepada para pemuda tentang masalah Kebangkitan Islam bahwasanya dakwah Islam akan bisa meraih keberhasilan dan kesuksesan apabila para pemikul amanah tersebut memiliki beberapa bekalBeliau menyebutkan beberapa bekal yang berkaitan dengan akhlakdi antaranya adalah:
1. Seorang da’i wajib memiliki sifat hikmah dalam berdakwahHendaklah ia tidak terburu-buru untuk menikmati hasil dalam usahanya merubah keadaan masyarakat yang jelek menjadi baikKemudian kata beliau   …Dan sungguh -demi Allah- saya sangat senang sekali melihat kecemburuan para pemuda dan semangatnya dalam membasmi kemungkaranmenegakkan kebenaran serta memerintahkan kepada kebaikanNamun aku lebih suka -demi Allah- dengan sepenuh hatikuapabila mereka melandasi langkah-langkah tersebut dengan cara hikmahWalaupun hasilnya agak lambat namun akan membawa akibat yang terpuji…
Kemudian beliau menyebutkan dalilnyayaitu firman Allah  (artinya):
Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” QSAn-Nahl 125
2. Memiliki sifat sabar dengan mengharap pahala dari AllahBetapa banyak para generasi muda yang setelah mendapat hidayah untuk berjalan di atas jalan generasi salaf yang shalihmereka bersemangat mengajak keluarganya kepada jalan tersebutNamun kemudian datang berbagai keluhan dari mereka,bahwasanya mereka mendapatkan tekanan dari kedua orangtuanya baik dalam bentuk celaan,ejekan atau fitnah.
Maka wajib bagi kita untuk bersabar  (dari cobaan tersebut) dengan mengharap pahala dari Allah dan tidak boleh putus asaDan jangan menjadikan hal itu sebagai penghalang dari dakwah ke jalan AllahAllah telah berfirman (artinya):“Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga di perbatasan negerimu  dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”QSAli Imran 200
3. Berhias dengan akhlak yang muliaSeorang da’i harus mencerminkan diri dalam kehidupannya sesuai dengan apa yang ia serukanBagaimana pandangan masyarakat terhadap seorang da’i yang memberikan nasehat kepada umatnya untuk beramal sesuatunamun ia sendiri tidak mengamalkannya?  Demikiankah ?
4. Melandasi dakwahnya dengan kelemahlembutanTidak kasar atau selalu keras dalam cara penyampaianTidak tajam atau kotor dalam berbicara.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Wahai ‘Aisyah, sesungguhnyaAllah Maha Lembut dan menyukai kelembutan. Allah memberikan kepada kelembutan apa yang tidak Dia berikan kepada kekasaran dan yang lainnya”.HRMuslim
5. Menghidupkan sunnah ziarah saling mengunjungi saudara sesama muslim.Sunnah ini telah diabaikan oleh kebanyakan kaum musliminSesungguhnya sunnah ini akan menumbuhkan kelembutan hati dan kecintaan kepada sesama muslimDan seorang da’i memiliki peran besar dalam mengamalkan sunnah ini.
6. Tidak boleh berputus asa tatkala melihat berbagai kerusakan di tengah masyarakat.
Cita-cita atau harapan merupakan pendorong yang kuat dan usaha demi keberhasilan dakwah.Sebagaimana putus asa merupakan sebab kegagalan dan berhentinya sebuah dakwah.
Pengaruh Akhlak yang Mulia
Berikut ini adalah contoh-contoh kisah tentang bagaimana akhlak yang mulia mampu memberikan pengaruh yang luar biasa dalam hati manusia sekalipun mereka adalah orang kafir.
1. Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan kaum musyrikin Quraisy di bukit Shafaa dalam rangka menjelaskan tentang risalah IslamBeliau mengatakan kepada mereka:
“Bagaimana menurut kalian apabila aku kabarkan kepada kalian bahwasanya akan keluar kuda dari balik kaki bukit ini, apakah kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab: “Kami belum pernah mendapatimu berdusta.” HRAl-Bukhari dan Muslim
2. Sahabat Anas bin Malik menceritakan,
Suatu hari kami para sahabat  sedang duduk-duduk di masjid bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba datanglah seorang arab kampung masuk ke dalam masjid  kemudian kencing di dalamnya. Maka dengan serta merta para sahabat pun menghardiknya. Rasulullah bersabda, Jangan menghardiknya! Biarkan dia hingga tuntas kencingnya! “(Setelah selesai dari kencingnya) Rasulullah memanggil orang tersebut kemudian menasehatinya Sesungguhnya yang namanya masjid, tidak pantas untuk tempat kencing, tidak juga tempat kotoran. Hanya saja masjid itu sebagai tempat untuk berdzikir kepada Allah, shalat, dan membaca Al-Qur‘an. Atau sebagaimana sabda Rasulullah. Kemudian Rasulullah memerintahkan seseorang untuk menyiram kencing orang arab kampung tersebut, maka ia membawa seember air kemudian menyiramkannya ke tempat kencing tersebut. HRMuslim
Dalam riwayat Al-Bukhari disebutkan bahwasanya sahabat Abu Hurairah menceritakan,
“(Suatu hari) kami shalat bersama Rasulullah. Kemudian di tengah-tengah shalat A‘rabi itu berdo‘a, “YaAllah, rahmatilah aku dan Muhammad. Dan jangan engkau rahmati siapapun selain kami berdua.” Setelah selesai salam, Rasulullah bersabda kepada A‘rabi tersebut, Sungguh, engkau telah mempersempit rahmatAllah yang luas.
Dalam riwayat Ahmad dari hadits Abu Hurairah diceritakan   (A‘rabi yang pernah kencing di masjid  itu) mengatakan -setelah dia berilmu-, “Rasulullah ketika itu (peristiwa kencing) menasehatiku. Beliau tidak mencelaku, memarahiku, tidak pula memukulku”.
3. Dalam sebuah kisah yang diceritakan oleh Abu Sufyan ketika beliau berdagang di negeri Syambeliau dipanggil oleh Heraklius  kaisar Romawi. Dan Heraklius mulai bertanya kepada Abu Sufyan  ketika itu beliau masih kafirtentang sosok RasulullahIa bertanya,”Apakah kalian pernah menuduhnya sebagai pendusta sebelum ia menyampaikan sesuatu  (risalah Islam)?”    Abu Sufyan menjawab,”   Tidak pernah.”Ia bertanya lagi,”Apa yang diperintahkannya kepada kalian?”   Abu Sufyan menjawab,”Dia memerintahkan untuk beribadah kepada Allah semata dan tidak boleh menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,memerintahkan untuk meninggalkan ucapan nenek moyangmemerintahkan untuk menegakkan shalat,zakatberkata jujur,menjaga harga dirimenyambung tali persaudaraan. . .” HRAl-Bukhari
Referensi:
“Ash Shahwah Al-IslamiyahDhawabith wa Taujihat”, Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin.