Kisah Nabi Nuh

Diposting oleh Mutiarahikmah on Selasa, 30 Oktober 2012



Nuh adalah keturunan kesembilan Nabi Adam, ayah Nuh bernama Lamik bin Mata, Nuh diutus ke negeri Armenia.
Kala itu penduduk Armenia banyak berbuat syirik, mereka tidak lagi beribadah kepada Allah, melainkan kepada patung – patung.
“Wahai saudaraku, aku adalah rasul Allah. Aku diutus untuk mengingatkan kalian. Mari, tinggalkan patung – patung itu! beribadahlah kepada Allah!” seru Nuh kepada penduduk Armenia. Penduduk Armenia malah mengejek Nuh. “Hai Nuh, jangan sok pintar! Kami tidak butuh nasihat! Kami tahu apa yang harus kami lakukan, ” kata salah seorang penduduk.
Nabi Nuh tidak putus asa. Ia terus mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah. “Saudaraku, kembalilah ke jalan yang benar. Jika tidak, kalian pasti mendapat hukuman di dunia, begitu juga siksaan di akhirat kelak,” kata Nuh.
“Hai Nuh, jangan banyak omong! Datangkan saja azab itu. Kami tidak takut, tantang penduduk”, mengejek Nuh.
Tak terasa, Nuh telah tinggal bersama penduduk Armenia selama 950th. sekian lama ia berdakwah, namun hasilnya belum memuaskan. “Sekian ratus rathun aku berdakwah, tak lebih dari 100 orang yang mau beriman. Itupun dari kalangan orang – orang miskin,” kata Nuh.
Suatu hari, Nuh didatangi beberapa pembesar yang kaya raya, mereka mau beriman dengan syarat Nuh harus mengusir orang – orang miskin yang menjadi pengikutnya. “Saudaraku semua manusia itu sama. Kaya n miskin tak berbeda. Perbedaan hanya ditentukan oleh ketaqwaan bukan oleh harta kekayaan,” jawab Nuh tegas. Para pembesar itu malu dan kecewa.
Nabi Nuh terus mengajak penduduk Armenia untuk beriman kepada Allah.”Hei, Nuh yang bodoh, pergilah kamu dari tempat ini! Kamu tidak pantas lagi tinggal disini!” teriak penduduk Armenia.
Kesesatan dan kejahatan penduduk Armenia sangat kelewat batas. Hati mereka keras seperti batu. Mereka sulit menerima nasihat – nasihat kabaikan.
Nuh berusaha bersabar. Namun, ia tidak kuasa melihat pengikutnya dihina, diusir, dan disakiti. Nuh pun berdoa. “Ya Allah, binasakanlah orang – orang kafir itu. Jangan biarkan seorang pun hidup. Sebab, mereka akan terus menyesatkan hamba – hamba-MU. Mereka juga hanya akan melahirkan anak – anak durhaka seperti mereka.”
Allah mengabulkan permohonan Nuh. Tak lama, Malaikat Jibril datang dan memerintahkan Nuh menanam sebuah pohon. “Benih ini dari surga dan akan tumbuh menjadi pohon yang sangat besar,” kata jibril. Lalu, Jibril menjelaskan agar Nuh dan pengikutnya membuat perahu besar dari pohon itu.
Tak lama setelah benih ditanam, tumbuhlah pohon sangat besar. Nuh dan pengikutnya segera membuat perahu dari pohon itu. Penduduk Armenia mentertawakan apa yg dikerjakan Nuh. “hahaha…lihat, apa yang dikerjakan orang – orang itu? Mereka membuat perahu di sebuah bukit? Hahaha…teriak penduduk Armenia.
Walau hinaan dan cacian itu sangat menyakitkan, namun Nuh dan pengikutnya berusaha untuk tetap sabar. Tak lama Allah memerintahkan Nuh untuk segera berkemas dan menaiki perahu beserta hewan – hewan dan pengikutnya. Tiba – tiba, langit pun mendung. Awan hitam bergumpal – gumpal. Petir berkilat menyilaukan. Terdengar guruh menggelegar. Keadaan benar – benar mengerikan. Tak lama berselang hujan turun sangat lebat.
Bumi pun digenangi air. Makin lama makin tinggi. Banjir besar melanda negeri. Sementara itu, penduduk Armenia yang kafir termasuk Kan’an anak Nuh, dihantam ombak yang datang bergulung – gulung. Mereka pun mati tenggelam. “Maha Besar Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Engkau!” seru Nuh penuh syukur. Nuh dan para pengikiutnya yang beriman gembira. Mereka pun hidup bahagia.
Dikutip dari buku Iqra Media