orang yg Solatnya diterima Allah

Diposting oleh Mutiarahikmah on Minggu, 15 Desember 2013



Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Akan
datang suatu zaman dimana orang-orang
berkumpul di masjid untuk shalat berjamaah
tetapi tidak seorangpun diantara mereka
yang mukmin".
Rasulullah dalam kesempatan lain juga
bersabda :"Nanti akan datang suatu zaman
dimana seorang muazin melantunkan azan,
kemudian orang-orang menegakkan shalat,
tetapi diantara mereka tidak ada yang
mukmin" (Kanzul Ummal, hadits ke 3110).
Sabda-sabda Rasulullah SAW yang mulia
diatas , jelas menarik perhatian kita. Akan
muncul pertanyaan dibenak kita,
Mengapa shalat yang mereka lakukan tidak
dianggap sebagai tanda seorang mukmin?
Dan mengapa orang yang melakukan shalat
di masjid itu tidak dihitung sebagai mukmin?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
dijawab dengan menunjukkan tanda-tanda
seorang mukmin.
Shalat bukanlah tanda bahwa seseorang
yang melakukannya dapat disebut sebagai
mukmin, tetapi merupakan tanda bahwa
orang yang yang melakukannya adalah
seorang muslim. Oleh karena itu, tanda
seorang mukmin ialah selain shalat masih
ditambah lagi dengan syarat yang lainnya.
Karakteristik seorang mukmin sebagaimana
yang dimuat dalam Shahih Bukhari.
Rasulullah SAW yang mulia bersabda :
Pertama, barang siapa yang beriman
(mukmin) kepada Allah swt dan hari akhir,
hendaknya dia menghormati tetangganya.
Kedua, barang siapa yang beriman kepada
Allah swt dan hari akhir, hendaknya dia
senang menyambungkan tali persaudaraan.
Ketiga, barang siapa yang beriman kepada
Allah swt dan hari akhir, hendaknya dia
berbicara dengan benar; dan kalau tidak
mampu berbicara dengan benar, maka lebih
baik diam.
Keempat, tidak dianggap sebagai orang
beriman (mukmin) apabila seseorang tidur
dalam keadaan kenyang, sementara ada
tetangganya yang sedang kelaparan.
Dengan hanya mengambil empat macam
hadits diatas, kita bisa melihat bahwa tanda
seorang mukmin itu terlihat dari tanggung
jawab di tengah-tengah masyarakatnya.
Kalau dia menghormati tetangganya,
menyambungkan tali persaudaraan,
berbicara dengan benar, dan memiliki
kepedulian atas penderitaan yang dialami
saudara-saudara di sekitarnya, maka barulah
dia boleh dikatakan sebagai seorang
MUKMIN .
Jadi dengan kata lain, Rasulullah SAW
menjelaskan bahwa nanti akan datang suatu
zaman,
Dimana orang-orang berkumpul di masjid
untuk mendirikan shalat tetapi tidak akur
dengan tetangganya, tidak menyambungkan
tali persaudaraan diantara kaum muslim,
mereka saling melancarkan fitnah dan
tuduhan yang tidak layak terhadap kaum
muslim, dan acuh tak acuh terhadap
penderitaan yang dirasakan oleh sesamanya.
Kata Rasulullah SAW, "Mereka adalah orang-
orang yang melakukan shalat, tetapi
sebetulnya tidak dihitung sebagai orang yang
melakukan shalat.
Rasulullah SAW dalam sabdanya yang lain,
"Ada dua orang umatku yang melakukan
shalat, yang rukuk dan sujudnya sama, akan
tetapi nilai shalat kedua orang itu jauhnya
seperti langit dan bumi.
Dalam hadits qudsi, juga disebutkan
mengenai orang-orang yang diterima
shalatnya oleh Allah swt, "Sesungguhnya Aku
(Allah SWT) hanya akan menerima shalat dari
orang yang dengan shalatnya itu dia
merendahkan diri di hadapanKu. Dia tidak
sombong dengan makhlukKu yang lain. Dia
tidak mengulangi maksiat kepadaKu. Dia
menyayangi orang orang miskin dan orang-
orang yang menderita. Aku akan tutup shalat
orang itu dengan kebesaranKu. Aku akan
menyuruh malaikat untuk menjaganya. Dan
kalau dia berdoa kepadaKu, Aku akan
memperkenankannya. Perumpamaan dia
dengan makhlukKu yang lain adalah seperti
perumpamaan firdaus di surga."
Dalam hadits qudsi tersebut disebutkan
bahwa tanda-tanda orang yang diterima
shalatnya oleh Allah swt, adalah:
Pertama, dia datang untuk melaksanakan
shalat dengan merendahkan diri kepadaNya.
Dalam Al-Quran, keadaan seperti itu disebut
dengan khusyu. Dan shalat yang khusyu
adalah salah satu tanda orang yang mukmin.
Yang disebut dengan shalat yang khusyu itu
bukan yang tidak ingat apapun. Karena
orang yang tidak ingat apapun itu disebut
pingsan.
Kedua, dia tidak sombong dengan
makhlukKu yang lain. Jadi tanda orang yang
diterima shalatnya ialah tidak takabur.
Takabur menurut Imam Al-Ghazali, ialah sifat
orang yang merasa dirinya lebih besar dari
pada orang lain. Kemudian ia memandang
enteng orang lain itu. Boleh jadi ia bersikap
demikian dikarenakan ilmu, amal, nasab atau
keturunan, kekayaan, pangkat, jabatan, atau
bahkan kecantikan. Kalau anda merasa besar
karena memiliki hal-hal itu dan memandang
enteng orang lain, maka anda sudah takabur
dan shalat anda tidak diterima. Dan anehnya,
sering kali sifat takabur ini menghinggapi para
aktivis masjid atau aktivis kegiataan
keagamaan. Mereka biasanya takabur
dengan ilmunya dan menganggap dirinya
paling pintar.
Ketiga, tanda orang yang diterima shalatnya
ialah orang yang tidak mengulangi
maksiatnya kepada Allah swt. Nabi saw yang
mulia bersabda, “Nanti pada hari kiamat ada
orang yang membawa shalatnya kehadapan
Allah swt. Kemudian shalatnya diterima dan
dilipat-lipat seperti dilipat-lipatnya pakaian
kotor lalu shalatnya itu dilemparkan ke
wajahnya ” Allah swt tidak menerima shalat
itu karena shalatnya tidak dapat mencegah
perbuatan maksiatnya. Bukankah Al-Quran
telah menegaskan. Sesungguhnya shalat
mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar. (QS 29:45).
Keempat, orang yang diterima shalatnya ialah
orang yang ada kepedulian terhadap orang-
orang miskin, orang yang menderita karena
sedang ditimpa musibah. Kalau
diterjemahkan dengan kalimat modern, hal
ini berarti orang yang mempunyai solidaritas
sosial. Dia bukan hanya melakukan rukuk
dan sujud saja, tetapi dia juga memikirkan
penderitaan sesamanya.
Sebagai penutup renungan ini marilah kita
menyisihkan sebagian rejeki yang kita miliki
demi meringankan beban saudara-saudara
kita yang sedang ditimpa musibah. Walaupun
sedikit kalau kita ikhlas, Insya Allah akan
besar nilainya dihadapan Allah SWT . Karena
Allah SWT hanya akan menerima amal yang
ikhlas.
Semoga bermanfaat bagi kita bersama.